Copyright © Blue Flash
Design by Dzignine

RISOLERS KLATEN

Senin, 02 Januari 2012

Terpatrinya Bingkai Toleransi

Cerita dan Foto:Ph.Angga Purenda
           
Romo Ch. Sutrasno P,Pr sedang memberikan berkat
 Bagi umat kristiani di seluruh dunia tentunya tidak akan melewati malam natal dengan menghadiri misa maupun kebaktian di gereja. Karena bagi umat kristiani sendiri, malam natal menjadi malam penantian lahirnya Yesus Kristus ke dunia. Itu semua digambarkan dengan lahirnya seorang bayi di kandang hewan yang menjadi simbol kesederhanaan dan bersahaja dari-Nya.
            Tak terkecuali juga terjadi di Gereja Santo Ignatius Ketandan, dukuh morangan, desa Karanganom, kecamatan klaten utara yang masih satu wilayah dengan Paroki Santa Maria Assumpta Klaten. Malam itu gereja berhiaskan berbagai pernak-pernik yang menarik di setiap sudut ruangan. Karena malam itu menggunakan bahasa jawa dalam perayaan natalnya maka tak ketinggalan pula semua petugas gereja menggunakan baju adat jawa sekaligus musiknya diiringi oleh gamelan.
           
Namun ada yang menarik dari perayaan natal itu, dimana adanya kerja sama dengan umat lainnya dalam menyukseskan misa natal tersebut. Salah satunya dalam hal penggunaan lahan parkir untuk memakirkan kendaraan bagi umat kristiani yang akan ke gereja. Perlu diketahui gereja santo ignatius ketandan memiliki lahan parkir yang kurang luas dan kebetulan lahan parkirnya juga sedang didirikan tenda untuk menampung umat yang tak kebagian tempat duduk di dalam gereja.
            Maka itu gereja menggunakan lahan dari Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten (STHD) yang tepat berada di samping. Tentunya sudah ada izin dari pihak STHD dalam menyediakan tempat parkir bagi umat kristiani gereja santo ignatius ketandan. Namun mereka tidak merasa terganggu dengan pemakaian lahan parkir di sekitar STHD tersebut. Sebenarnya diantara umat hindu dengan umat kristiani setempat sudah menjalin hubungan yang lama dengan baik.
Perlu diketahui pula di samping gereja selain ada STHD juga terdapat sebuah Pura yang hanya dibatasi jalan desa dengan lebar kurang lebih 3 meter. Terlihat indah sekali toleransi yang diperlihatkan oleh kedua umat yang berlainan ini dan patut kita contoh untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Malam itu juga terasa lengkap dengan hadirnya polisi dari polsek ketandan serta BANSER-NU yang ikut ambil bagian dalam pengamanan perayaan misa natal tersebut. Dengan berseragam seperti tentara yang didominanasi warna hijau serta menggunakan topi baret, teman-teman dari BANSER-NU ini juga terlihat menjaga di sekitaran lahan parkir yang terletah di STHD.
Polisi dari Polsek Ketandan ikut ambil bagian dalam pengamanan natal 2011
Pada awal misa natal itu, Romo Ch. Sutrasno P,Pr tak ketinggalan pula mengucapakan terima kasih kepada seluruh umat yang terlibat dalam menyukseskan perayaan malam natal khususnya bagi STHD (Umat Hindu), Polisi Polsek Ketandan, dan BANSER-NU. Malam itu ibaratnya sebuah bingkai toleransi yang sudah terpatri dan tak dapat dipisahkan lagi.             Walau berbeda dalam berkeyakinan namun membaur menjadi satu untuk saling tolong menolong sehingga kebersamaan itu terbingkai dengan indah.
Nah, apa yang terjadi di gereja santo ignatius ketandan tadi dapat dijadikan pembelajaran bagi kita semua dalam menyikapi segala perbedaan yang ada. Terlebih lagi kita tinggal di sebuah negara yang terkenal akan keanekaragaman budaya  serta keyakinannya yaitu Indonesia. Jadi saling menghargai serta menghormati satu sama lainnya menjadi kunci utama dalam menjalani kehidupan ini.#Salam blue flash

0 komentar:

Posting Komentar

wibiya widget