Copyright © Blue Flash
Design by Dzignine

RISOLERS KLATEN

Selasa, 23 Februari 2016

Kepergiannya Akan Selalu Dirindukan Sahabat-sahabatnya

Makam Kristina Rintik Mutiara Palma
Saya masih ingat betul Senin (15/2) itu, tiba-tiba grup line Commeten yang berisikan teman-teman komunikasi angkatan 2010 Universitas Atma Jaya Yogyakarta ramai setelah mendapatkan kabar meninggalnya Kristina Rintik Mutiara Palma dari sahabat saya, Elis, sekitar pukul 10.00 WIB.

Awalnya saya dan teman-teman di grup tak mempercayai kabar tersebut. Tapi setelah mendapatkan foto Rintik yang sudah di dalam peti di share dalam grup, baru saya menyadarinya bahwa sahabat saya itu sudah tiada.

Perasaan sedih, seketika menggelayut dalam hati. Entah kenapa perempuan muda yang penuh energik ini terlebih dahulu dipanggil Tuhan. Mungkin ada alasan lain dan penuh rahasia, sehingga Tuhan mengajaknya hidup bahagia di dalam Surga.

Saat itu, saya ingin sekali mengantarkannya di tempat peristirahatnya terakhir karena kebetulan dikebumikan di Klaten yang merupakan domisili saya. Tapi sayang, Selasa (16/2) itu jadwal peliputan saya sangat padat sehingga tidak bisa meninggalkan pekerjaan. Namun, saya bertekad untuk datang dan mengunjungi Rintik di akhir pekan yang bertepatan dengan hari libur saya.

Sabtu (20/2) pagi, setelah menyelesaikan tugas rumah sebenarnya saya dan Cica berencana pergi ke pemakaman Trah Singa Diwangsan, Desa Semangkak, Klaten yang tidak jauh dari Gereja Khatolik Maria Assumpta Klaten. Tapi karena Cica masih ada jadwal peliputan, akhirnya saya berangkat seorang diri.

Setelah memasuki gerbang pemakaman, saya sempat mencari-cari letak makam Rintik. Saat itu hanya ada dua orang sedang berziarah dan seorang juru kunci yang sedang mengobrol di area Blok A. Ternyata makam Rintik berada di Blok C, terlihat sebuah payung berwarna hijau-putih menancap di pusarannya. Sejumlah bunga sudah mulai tampak layu kecoklatan, kemungkinan belum ada yang mengunjunginya lagi setelah dimakamkan pada Selasa (16/2) lalu.

Sejenak saya berdoa sebelum akhirnya menaburkan bunga di atas pusarannya. Meskipun tidak bisa mengantarkan ke tempat peristirahatnya, setidaknya saya bisa mengunjunginya untuk bertegur sapa dengannya.

Di hari berikutnya, Minggu (21/2) sore, sambil berboncengan bersama Cica, saya menuju ke makam Rintik kembali. Hari itu, saya memang mengantarkan dan menemani Cica untuk mengunjungi Rintik untuk saling sapa sejenak.

Memang kami merasa kehilangan atas kepergian Rintik secara mendadak itu. Meski begitu, kami sadar, mungkin ada rencana Tuhan yang lebih baik dari kita bayangkan selama ini. Pastinya, hidup dengan penuh kedamaian bersama Bapa di Surga.

Makam Kristina Rintik Mutiara Palma
Salah satu momen yang masih teringat dalam benak saya. Saat itu, Rintik bersama teman-teman yang lain seperti Pius, Cica, Mario, Arnold, Wisnu, Anton dan lainnya memberikan kejutan berupa roti tart di hari ulang tahun saya, di rumah, empat sampai lima tahun yang lalu. 

Di sisi lain, ada rasa bangga, saya bisa mengenal sosok perempuan muda tangguh ini karena kontribusinya selama di bangku kuliah. Terlebih lagi sempat satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengannya di Majalah Teras Pers walaupun tak lama.

Ada sebuah ungkapan, jika kehidupan bukan berawal dari kelahiran, tidak pula berakhir pada kematian. Sesungguhnya kehidupan bermula dan berakhir dari kehendak Tuhan. Di balik kehidupan kita selama ini sudah juga diatur oleh-Nya. Kita sebagai manusia hanya menjalankan perintahnya dan kematian bukan dari akhir segala-galanya.

Terima kasih Rintik untuk semuannya. Sahabat-sahabatmu di sini akan selalu merindukanmu. Berkah Dalem.

Philippus Angga Purenda



0 komentar:

Posting Komentar

wibiya widget