Philippus Angga Purenda |
Jujur dari dulu, saya
nggak pernah mempermasalahkan dengan perayaan Hari Valentine. Bukan berarti
posisi saya lagi beruntung yang bisa selalu punya gebetan atau pacar untuk
melewati hari yang katanya sih penuh kasih sayang itu.
Walaupun keadaan
sekarang ini sudah empat tahun tanpa pasangan alias sendirian. Tapi tetap ada
kok masa-masa di mana saya melewati bersama pasangan mulai dari sekadar cinta
monyet sampai dengan mantan pacar. Toh, ya seperti yang saya bilang tadi santai
dan woles aja dalam hal mencari pasangan.
Malahan ada beberapa
pengalaman, tepat di Hari Valentine nggak seindah dan seaysik yang
digembor-gemborkan selama ini. Bahkan justru sebaliknya, kita disibukan untuk
mencari bingkisan, "Mau dikasih apa ya? Bunga? Coklat? Standar amat! Tas
atau sepatu hak tinggi?”, merogoh kocek terlalu dalam pastinya.
Selanjutnya, kita bakal
kepikiran, “Mau diajak ke mana ya?, pasti di tempat yang spesial dong yang bisa
menyajikan suasana romantis. Belum lagi kita disibukan,”Mau pakai baju apa ya,”
casual atau pakai jas ya. Duh perlu
sepatu baru ini soalnya udah pada jebol.
Jujur, semua itu sudah
bikin panik dan puyeng tentunya, oh tidaakkk! Apalagi kalau posisi kita waktu
itu lagi low budget, udah pasti
mengorek-ngorek tabungan buat biayain semuanya. Tapi Hari Valentine kali ini
beda, selepas menjalankan tugas mengetik berita untuk dikirim ke redaktur,
langsung dilanjutkan bantuin renovasi di outlet utama, selesai.
Ya, udah enam bulan ini
saya disibukan dengan dua kegiatan yang menyita waktu setiap harinya secara
bersamaan. Bekerja sebagai wartawan untuk salah satu koran di Kota Solo dan
menjalankan usaha kuliner yang udah saya rintis tiga tahun lalu sejak di bangku
kuliah membuat saya nggak terlalu fokus perihal jodoh.
Memang usia masih muda,
24 tahun, tapi kadang saya justru merasa tertekan dengan dunia luar. Sudah dua
kali ke kondangan selalu ditanyakan, “Mana pasangannya? Kok nggak diajak?”,
kalimat itu sederhana tapi begitu menusuk.
Lain halnya, kalau
posisinya kita udah punya pacar yang sehati dan sepamahaman sama kita. Walaupun
tetap bikin panik, tapi setidaknya relatif lebih tenang untuk menjawab
pertanyaan setiap kali ke kondangan.
Ada sih keinginan punya
pasangan yang bisa memacu kreativitas, bahkan membuat saya lebih produktif yang
ujung-ujungnya bikin hati kita bersama pasangan jadi senang juga. Apalagi kalau
hubungan personal itu bisa meningkat jadi hubungan profesional yang bisa
menghasilkan keuntungan masing-masing.
Memang ada pasangan
yang kayak gitu? Mungkin ada, tapi saya belum beruntung untuk menemukannya.
Mungkin juga belum “Jodoh” nya untuk berjumpa dengannya.
Philippus Angga Purenda
0 komentar:
Posting Komentar