Akhir Mei 2015 yang lalu saya menjalani wisuda dari kampus Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi dengan kosentrasi Jurnalisme. Kini sudah bekerja di Jawa Pos Radar Solo sebagai wartawan. Saya juga menjalankan bisnis di bidang kuliner risoles dengan sebutan RISOLERS Klaten.
Pada hari selasa lalu (18/10/2011), aku mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan kirab ageng pengantin putri bungsu ngarsa dalem yang berlangsung di sepanjang alun-alun utara hingga jalan malioboro,Yogyakarta. Sebuah kebudayaan dari kraton dalam prosesi pernikahan, yang terakhir dilaksanakan saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Oleh sebab itu moment yang cukup langka ini tak kulewatkan begitu saja, dengan persiapan yang baik “bakal” aku jepret dua mempelai itu.
Maka jam 2 siang aku sudah berangkat dari rumah susunku untuk menuju di seputaran 0 KM (Perempatan Kantor Pos Besar dan BNI). Karena aku dapat info dari berbagai sumber di media massa, jika kirab akan dilakukan pada pukul 15.30-an. Untuk menghindari penutupan jalan dan kemacetan yang ada disana juga, makanya aku berangkat lebih awal. Ternyata walau masih jam 2-an siang sepanjang jalan malioboro sudah penuh dengan masyarakat yang ingin berduyum-duyun melihat prosesi kirab tersebut.
Huai para pembaca blog “Flash in News”, apa kabar kalian? pastinya luar biasakan...hehehe. Aku punya sedikit info nih tentang radio yang asyik dan menarik. Rakosa Female Radio namanya, apa sih yang menarik dan berbeda dari radio lainnya?
Yaps, pada awal oktober lalu (05/10/2011), aku dan temanku Hanizar mempunyai kesempatan untuk datang di studio dan kantor radio rakosa. Kami disambut dengan hangat di ruang tamu oleh Ibu Ratna Dyah S (Adm.Iklan/Personal) dan Mbak Putri Ana Nurani (Admin.Siaran). Kami mengobrol dengan asyik tentang dinamika radio rakosa sendiri, mulai dari awal berdirinya hingga program-program yang menjadi unggulannya. Sebenarnya kegiatan yang kami lakukan disana merupakan bagian dari ujian tengah semester yang sedang kami jalani.
Dua insan muda yang sedang berbagi kasih dalam indahnya cint
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal dengan yang namanya kasih bersyarat, namun apa sih jika kasih tak bersyarat itu. Menurut kalian apa definisi dari kasih tak bersyarat?. Yupz...ada beberapa pendapat dari teman kita yang mengatakan jika kasih tak bersyarat itu sebuah keikhlasan tanpa mengharapkan balasan kembali. Pendapat yang lainnya mengatakan jika kasih tak bersyarat itu sebuah penerimaan diri dari segala sesuatu yang merugikannya tanpa berpikir dengan membalasnya yang setimpal pula. Tapi apakah kalian sudah menjalankan kasih tak bersyarat itu?.
Walaupun mungil tapi tetap elegan dan nyaman buat nongkrong
On The Spot kali ini, aku mau nawarin buat anak-anak nongkrong. Tempat yang asyik buat kumpul bareng teman kalian, sejenak melepas kepenatan dari rutinitas kuliah maupun sekolah. So langsung aja datang di jalan cendrawasih no 8Yogyakarta,lebih tepatnya di daerah demangan baru pas depan WS (Warung Steak). Sepintas akan bingung mencarinya karena letaknya diantara distro-distro apalagi tempatnya yang mungil tapi elegan.
Untuk Menunya tak jauh beda dengan cafe-cafe kopi lainnya yaitu seperti Espresso, cappuccino, latte, mochacino, royal mocha, frapucino dan cnocoreo. Blend-nya seperti flashy orange, merry strawberry, green tea dan avocado. Serta tak ketinggalan pula menu-menu ringannya yang siap untuk menjamu kalian…hehehe.
Awal bulan september (1/09/2011) kemarin saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi gereja blenduk yang berada di kota semarang. Sebuah gereja peninggalan zaman belanda yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Gereja tersebut juga masih aktif digunakan sebagai tempatkebaktian bagi umat kristen protestan. Kini gereja itu bernama G.P.I.B Immanuel dan berada di kawasan kota lama semarang. Ada sisi bangunan yang menarik dari gereja itu yaitu dengan adanya kubah yang menyerupai kubah masjid pada umumnya. Untuk menikmati keindahan gereja blenduk lebih dalam lagi berikut hasil jepretan yang berhasil saya abadikan:
Megahnya Gereja Blenduk yang tetap kokoh walaupun termakan oleh zaman
Kantong kolekte yang masih sering digunakan dalam kebaktian
Barisan tempat duduk yang terlihat elegan bagi para umatnya
Tempat anggota Koor (Paduan Suara) dalam memuji nama Tuhan
Altar gereja yang tampak unik dengan adanya tempat persinggahan untuk berkhotbah
Terlihat langit-langit yang eksotis dibalik kubah nan megah